Seks memang merupakan insting, namun bukan berarti tidak dapat dipelajari, dilatih, atau dikendalikan.
Entah bagaimana mulanya, hingga saya beranjak dewasa, saya masih berpikir bahwa dalam urusan seks, cuma prialah yang mengenal orgasme. Wanita cukup melayani saja. Secara kebetulan pula, di hampir tiap film biru yang saya saksikan, sangat jarang saya menyaksikan wanita orgasme. Yang ada, film selalu berakhir seiring dengan orgasme yang disertai ejakulasi pemeran prianya. Wanita hanya pasrah.
Bahkan sampai saya menikah dan telah dikaruniai 1 orang anak, pemikiran itu sepertinya belum berubah apalagi jika melihat sang istri yang memang tidak terlalu menuntut akan hal tersebut. Pernah dulu saya mempertanyakan, apakah ia merasa puas. Jawabnya adalah, ‘Asal Ayah puas, saya ikut puas kok.’ Makanya saya tidak pernah lagi menanyakan hal tersebut.
Hingga suatu saat, saya memperhatikan keanehan yang terjadi pada istri saya. Setiap kali kami selesai bercinta, ia langsung beranjak ke kamar mandi, dalam waktu yang lama pula. Setiap saya tanya, jawabnya selalu ingin membersihkan diri. Sampai suatu hari, saya penasaran dan mengintipnya. Apa yang saya saksikan membuat saya cukup shock. Ternyata selama ini istri saya mencari kepuasannya sendiri dengan cara masturbasi.
Inginnya hati ini adalah langsung melabraknya dan menanyakan untuk apa ia melakukan hal tersebut. Tetapi saya sadar bahwa itu bukanlah solusi tepat, tetapi justru akan membuatnya malu. Makanya saya mencoba untuk menyimpan dulu pengalaman ini untuk diri saya sendiri sambil mencari-cari informasi berkaitan dengan masalah ini.
Ternyata, tindakan awal saya ini tepat. Prinsip yang semestinya dijadikan patokan dalam komunikasi seks adalah tidak mengungkapkan materi secara negatif, misalnya menyalahkan pasangan atau menghakimi dengan pengertian yang jelek. Itu sebabnya, saya lebih memilih mencari tahu, hal apakah yang sesungguhnya menjadi penyebab sulitnya istri mendapatkan orgasme.