Perbedaan otak antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan cara berpikir, merasa, dan berperilaku secara fundamental, termasuk dalam bereaksi terhadap stres.
Amanda, seorang guru taman kanak-kanak, sedang menghadapi stres yang begitu berat. Dia berencana untuk menikah bulan Juli tahun ini tetapi semua rencana pernikahan berjalan di luar dugaan. Tunangannya membatalkan acara pernikahan tersebut dan meninggalkan dirinya tanpa alasan. Semua pihak keluarga sangat memojokkan dirinya karena pernikahan yang gagal dilaksanakan tersebut. Amanda menghadapi semua tekanan dan stres yang dialami dengan meluapkan semua isi hatinya kepada sahabatnya dan tenggelam dengan keceriaan anak-anak muridnya. Kedua hal itu cukup membuatnya merasa tenang di saat stres.
Andrew baru saja dipindahtugaskan ke daerah terpencil di pedalaman Kalimatan. Pada awalnya ia mencoba menolak tawaran itu mengingat istrinya yang sedang mengandung anak kedua mereka dan sangat membutuhkan pertolongannya dalam memperhatikan anak pertama mereka yang masih berumur 5 tahun. Akan tetapi keputusan kantor tidak dapat diubah. Ia hanya dapat berkomunikasi lewat telepon sekali seminggu dengan anak istrinya, dan hanya bertemu dengan mereka sekali dalam enam bulan. Pekerjaan di pulau baru cukup menekan dirinya. Tetapi dia memutuskan untuk tidak bercerita kepada siapa pun termasuk sahabat dekatnya mengenai masalahnya tersebut. Andrew menganggap dia hanya perlu menjalaninya dan semua akan berakhir.
Jelas sekali bahwa semua orang bisa mengalami stres kapan pun juga. Akan tetapi setiap orang bereaksi terhadap stres yang dialami dengan cara yang berbeda. Penelitian membuktikan bahwa para pria dan wanita memiliki respons yang sangat berbeda dalam menghadapi stres.
Klik next untuk mengetahui perbedaan wanita dan pria dalam menyikapi stressnya !