Orang tua seringkali lebih mementingkan berat badan anak ketimbang tinggi badannya. Padahal, tinggi badan yang tidak optimal bisa jadi pertanda anak mengalami gangguan pertumbuhan (stunting). Stunting atau terhambatnya pertumbuhan bukan hanya menyebabkan balita menjadi lebih pendek daripada usianya, tapi juga bisa berarti anak tersebut menderita gangguan perkembangan otak dan kapasitas kognitifnya.
Faktor risiko
Stunting adalah keadaan tinggi badan seorang anak yang rendah berdasarkan umurnya. Jadi, anak ini lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya. Penyebab utama kondisi stunting ini adalah kekurangan gizi kronis. Beberapa faktor yang memengaruhi hal ini antara lain:
- Kekurangan energi dan protein.
- Sering mengalami sakit kronis.
- Praktik pemberian makan yang tidak sesuai.
- Faktor kemiskinan.
Angka kejadian (prevalensi) stunting akan meningkat dengan bertambahnya usia, dan peningkatan terjadi dalan 2 tahun pertama kehidupan. Kerusakan tubuh dan otak anak yang disebabkan stunting adalah bersifat permanen atau tidak dapat diubah. Prestasi anak disekolah akan menurun, yang pada akhirnya kelak akan mengurangi pendapatannya dan menyebabkan kemiskinan, serta melahirkan generasi stunting lainnya. Anak juga berisiko tinggi meninggal akibat penyakit menular dibandingkan anak-anak lain.
Penelitian menunjukkan, bayi-bayi yang lahir dengan berat badan rendah (BBLR) dan stunting, memiliki potensi tiga kali lipat lebih besar untuk menderita pengakit jantung dan penyekait degeneratif lainnya. Mereka juga mempunyai usia harapan hidup yang lebih pendek ketimbang bayi-bayi yang lahir dengan berat dan panjang badan normal. Melihat banyak dan fatalnya risiko pada anak stunting, jelas apabila tidak segera ditangani, masalah ini akan menjadi beban pembangunan karena negara kehilangan sumber daya manusia yang berkualitas.